Minggu, 09 Juni 2013

Cinta Tak Mudah Berganti

Kali ini saya akan bercerita tentang seorang siswi kelas 3 SMA yang bernama Aelke Martadhinata. Anak ipa yang sangat cuek dan judes terutama kalo dideketin sama makhluk yang disebut cowok. Rambut hitam lurus sebahu, kulit putih, mata agak sipit, dan tinggi 165cm. Lalu ada Giovanny Kurniawan, cowok sekelas aelke yang naksir sama alke. Okee, langsung aja ke cerita ...





*suatu hari dikelas saat jam kosong*
“ Gio, tuh aelke lagi sendirian. Deketin sono “ bisik Revan teman dekat Gio
“ Sipp brada “ jawabGio

Aelke mendengar apa yang dikatakan revan pada Gio dan bersiap untuk beranjak keluar kelas sebelum Gio sampai dibangku Aelke. Tiba-tiba terdengar suara Gio,

“ Ke, mau kemana ? Baru mau tak samperin malah pergi “ protes Gio
“ Terserah aku dong !” jawab Aelke judes
“ Yaelaahhh jutek banget sihh. Yaudah kamu mau kemana pun aku ikut hehee “
“ Gak usah ngikutan bisa nggak sih ? Aku gak suka “ tolak Aelke
“ Buseettt dah, kamu lagi PMS yaa Ke ? Galakk bener “
“ Gak usah sok tahu bisa kan ?! “
“ Hahahahah, kasian banget sih lo Gi, dimarah-marahin sama Aelke. Serba salah nih hahaha “ ledek Revan yang sedari tadi memerhatikan


Aelke pun beranjak pergi meninggalkan Gio yang sedari tadi menggodanya. Ia pergi ke perpustakan mencari-cari buku untuk dibaca. Saat sedang asyiknya membaca sebuah novel, tiba-tiba Gio muncul kambali dan sudah berada disebelah Aelke.
“ Aku kan udah bilang gak usah ngikutin aku !”

Aelke berdiri dan mengembalikan novel yang baru dibacanya lalu keluar dari perpustakaan. Gio pun ikut menyusul Aelke. Sesampainya diluar perpustakaan ,

“ Ke, gue mau ngomong sama Loe “ panggil Gio
“ Apa ? “ jawab Aelke tetap dengan nada juteknya
“ I love you Ke “
Aelke malah pergi meninggalkan Gio dan tidak menggubris apa yang Gio katakan. Memang bukan pertama kali Gio bilang “ I Love You “ pada Aelke. Namun, Aelke memang tidak ada rasa dengan Gio untuk sekarang. Saat sedang bersama teman-temannya pun dia berata kalau dia gak bakal mungkin suka apalagi sampai jatuh cinta dengan Gio.
“ Loh ke bisa aja kan lama-lama kamu luluh sama Gio terus cinta dehh haha “ kata Manda menggoda
“ Gak mungkin ... Aku tuh gak bakal mungkin suka sama Gio. Orang aku sama sekali gak ada rasa juga sama dia. Apa coba alasan kenapa aku mesti suka sama dia ? Gak bakal lah !” jawab Aelke menentang
“ Eh Ke, jangan bilang gak mungkin lhoo. Semua hal yang gak mungkin itu bisa jadi mungkin. Hayoo, kemakan omongan sendiri bau tau rasa hahahaa “ ledek tiffany

******

Semenjak obrolan dengan teman-temannya, Aelke mulai memikirkan semua perkataanya. Saat malam, ketika ia belum bisa tidur, Ia teringat kembali apa yang dikatakannya siang tadi sepulang sekolah bersama teman-temannya. Dalam hati Ia berkata,

Apa mungkin aku bakal suka sama Gio ? Apa mungkin aku bakal jatuh cinta sama dia ? Aahh gak mungkin, aku kan gak ada rasa sama dia. Suka sekecil apapun juga enggak ! Tapi, kalo apa yang dibilang tiffany itu kejadian gaimana yaa ? Huhh, kenapa juga aku pake bilang gak mungkin. Kalo aku makan omongan ku sendiri gimana ? Kalo aku tiba-tiba suka Gio gimana ? Arghhhh...

******

Paginya pada saat pelajaran Biologi ada pembentukan kelompok yang sudah dibagi oleh guru Biologi, Bu Ratih. Ternyata Aelke satu kelompok dengan Gio. Gio sangat senang bisa satu kelompok dengan Aelke. Namun, tanpa Gio tahu, ternyata Aelke minta tukar kelompok dengan Rissa. Dan pada saat murid-murid disuruh berkumpul dengan masing-masing kelompok, Gio melihat Aelke bersama kelompok lain dan malah ada Rissa yang sebelumnya bukan kelomok Gio. Gio pun menghampiri Aelke,

“ Ke, kamu kan sekelompok sama aku. Kamu kok malah pindah kelompok sih ? Gak boleh gitu dong ! “ protes Gio
“ Aku mau nya satu kelompok sama Tiffany “ jawab Aelke
“ Kamu tuh yaa, keras kepala banget “ ucap Gio sembari pergi meninggalkan Aelke dan kembali kekelompoknya



*saat istirahat*

Dikantin yang sedang ramai, Aelke dan teman-temannya hendak makan. Namun, tanpa disengaja Aelke menyenggol mangkuk yang ditumpuk dengan gelas dan piring yang berada ditepi meja dan memecahkannya. Sentak seluruh orang yang berada dikantin langsung menoleh ke arah datangnya suara. Gio yang sedari tadi memerhatikan Aelke pun langsung menghampiri Aelke. Dan tiba-tiba datang Bapak yang merupakan pemilik barang yang dipecahkan Aelke.

“ Ini siapa yang mecahin ?” tanya Bapak itu
Sebelum Aelke sempat menjawab, Gio sudah menjawab terlebih dahulu
“ Saya Pak yang mecahin , maaf yaa Pak, gak sengaja, nanti bakal saya gantim kok Pak “ jawab Gio berbohong
“ Yaudahh, besok diganti yaa mangkuk, piring sama gelas saya “
“ Iyaa Pak “ Gio mengiyakan

Aelke mengernyitkan dahi kenapa Gio rela berbohong demi dirinya. Apa Gio benar-benar tulus suka dengan Aelke ? Namun, Aelke cepat membuang pikirannya itu jauh-jauh.

“ Kamu ngapain sih bohong make ngaku kalo kamu yang mecahin ? Aku gapapa kok orang emang aku yang mecahin. “ tanya Aelke
“ Aku cuma gak pengen kamu disalahin “
“ Tapi emang nyatanya aku salah kann ? Aku bisa kok tanggung jawab atas kesalahnku tanpa perlu kamu tolong. Atau kamu cuma cari perhatian sama aku ? “
“ Ke, aku nolong kamu tuh ikhlas tanpa caper ke kamu. Lagian kalo mau caper ke kamu aku bisa pake cara lain kok hehe “
“Yaudah, makasih aja laahh “ ucap Aelke jutek

*******
Aelke kembali terpikir dengan Gio. Giooo, Aelke mulai merasa kalau Gio tidaklah terlalu buruk. Ia punya sisi lain yang baik. Gio juga selalu berbuat apa saja hanya untuk Aelke. Gio selalu berjuang untuk dapat dilihat Aelke. Yaa hanya untuk Aelke. Namun Aelke selalu saja mengacuhkan pandangannya pada Gio. Selalu tak peduli dengan perasaan Gio.
Kini hati Aelke mulai luluh saat mengingat hal-hal yang dilakukan Gio untuknya. Seperti Gio yang selalu sms dirinya, menyatakan cinta lewat sms, saat istirahat, bakan saat sedang pelajaran. Gio selalu melakukan hal yang konyol untuk membutat Aelke yang jutek tertawa. Namun, Aelke tak pernah memperlihatkan tawanya didepan Gio. Aelke selalu bersikap dingin terhadap Gio. Namun Gio tak pernah putus semangat untuk mendapatkan Aelke. Gio selalu yakin kalo suatu saat nanti dia bakal bisa bersatu dengan Aelke.
Yaa, sepertinya Aelke mulai jatuh cinta pada Gio. Semula, ia selalu menolak dengan apa yang dirasakan oleh hatinya. Namun, ia tidak mampu untuk membohongi persaannya. Dia benar-benar telah jatuh cinta pada Gio. Aelke telah memakan omongannya sendiri .

******


*suatu hari saat pulang sekolah*

Aelke yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah tiba-tiba dipanggil oleh Gio. Hati Aelke berdegup kencang. Perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya pada Gio. Tak pernah hingga hatinya mampu berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Aelke pun menoleh,

“ Ke, aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu !” ucap Gio tanpa basa-basi
Aelke yang biasanya hanya cuek dan tidak menanggapi apa yang dikatakan Gio, kali ini ia menjawab

“ Alasan kamu sayang sama aku apa ? “ tanya Aelke yang membuat Gio terkejut karena baru kali ini Aelke tidak mengacuhkan perkataannya
“ Aku gatau, Ke “ jawab Gio jujur

Aelke menelan ludah sambil berpikir, setulus inikah rasa sayang Gio padanya hingga ia tak punya alasan dalam menyayanginya ? Aelke jelas tahu kalau sayang yang sebenarnya itu tanpa dilandasi sebuah alasan. Dan Gio membuktikan itu padanya. Namun Aelke coba menentang apa yang dikatakan Gio untuk tahu jawaban Gio selanjutnya,

“ Kamu bilang kamu sayang sama aku tapi kamu gak tahu apa alasannya ? yang bener aja kamu ?”
“ Aku emang gak tahu, Ke. Karena yang aku tahu sayang itu nggak butuh alasan. Sama kayak apa yang aku rasain ke kamu “ jelas Gio

Jawaban Gio tadi membuat Aelke luluh dan terhanyut olehnya. Aelke hanya bisa diam dan tidak tahu harus berbicara apa lagi. Saat itu pun Gio kembali menyatakan perasaannya,

“ Ke, aku sayang sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku ?”

Aelke terkejut mendengar apa yang dikatakan Gio. Sebenarnya, direlung hatinya yang paling dalam ia merasa bahagia. Tapi Aelke hanya menjawab,

“ Kasih aku waktu tiga hari “
“ Kamu mau minta waktu berapa hari pun aku bakal tetep nunggin kok, Ke “
Jawab Gio menerima permintaan Aelke

“ Yaudah, aku pulang dulu “ kata Aelke sembari pergi meninggalkan Gio yang tengah bergembira karena Aelke tak lagi mengacuhkannya. Aelke hanya tersenyum memelihat hal tersebut.

********

Saat itu pun datang. Saat yang ditunggu Gio untuk mendapatkan jawaban dari Aelke. Gio benar-benar tidak sabar untuk mendengar jawaban Aelke. Ia yakin kalo Aelke bakal menerimanya, namun Revan, tsmn Gio tidak begitu yakin,

“ Menurut gue sih Gi, Aelke tuh gak bakal nrima loe. Dia tuh Cuma kasih harapan kosong aja. Loe sendiri tahu kan kalo Aelke itu selalu cuek sama loe, terus kenapa tiba-tiba jadi gak cuek. Mungkin dia Cuma pengen mainin perasaan loa aja, Gi “ ucap Revan
“ Tapi perasaan gue tuh yakin banget kalo Aelke bakal nrima gue jadi pacarnya dia. Yahh tunggu aja nanti lahh apa jawaban Aelke. Apapun jawabannya bakal gue trima hahaa sok bijaksana banget yaa gue ”

******

Tiba saatnya bagi Aelke memberi jawaban ke Gio. Sepulang sekolah, ia menuju tempat yang sebelumnya sudah dijanjikannya pada Gio. Ternyata Gio sudah berada disana terlebih dahulu,

“ Gimana Ke ? “
“ Gimana apanya ?” jawab Aelke membuat Gio bingung
“ Yaaa kamu mau nggak jadi pacar aku “
“ Empt, gimana ya Gi. Kamu kan tahu aku tuh gak pernah suka sama kamu. Aku selalu cuekin kamu dan nggak peduliin kamu. “
Gio harap-harap cemas khawatir jika Aelke tidak menerima cinta nya. Tapi ia selalu siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Aelke melanjutkan ucapannya
“ Tapi akhir-akhir ini, aku selalu berpikir tentang kamu. Ada perasaan yang aneh tiap aku mikirin kamu. Dan menurut sku, gak ada salahnya juga kalau aku nerima kamu jadi pacar aku “ ucap Aelke sambil menyunggingkan senyumnya

“ Jadi kamu nerima aku, Ke ? Serius , Ke ? tanya Gio untuk lebih meyakinkannya

Aelke hanya mengangguk pelan dan terlihat senyumnya yang sumringah. Tak sadar Gio pun langsung memeluk Aelke.

“ Ih apaa sih “ Aelke melapas pelukan Gio
“ Eh iya-iya maaf. Habis aku seneng banget akhirnya cinta aku terjawab “ ucap Gio yang begitu bahagia

Begitu lah akhir perjuangan cinta Gio. Ia benar-benar mendapatkan apa yang diinginkannya selama ini, apa ang diperjuangkannya selama ini. Dan Aelke, ia tidak lagi mengacuhkan Gio. Ia juga merasa bahagia bisa sepenuhnya jujur dengan perasaannya.